watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GAIRAH SEXS MICHIKO

Dalam cerita terdahulu, aku telah menceritakan
bagaimana permainan seks aku dengan Kristi, bule
cantik dari Swedia yang ikut program Mega FAM di
Malaysia pada akhir Januari 2004 lalu. Dimana
setelah permainan kami yang cukup panas itu, tak
ada lagi kesempatan kami berdua untuk
melampiaskan hawa syahwat kami yang masih
tetap menggebu-gebu, disebabkan jadwal kami
yang padat hingga tengah malam, sementara grup
aku dan Kristi berbeda pula. Sehingga jadilah
permainan kami di hari pertama datang di Johor
Bahru itu sebagai kenangan saja.
Setelah kami menimkati acara puncak peringatan
Tahun Baru China (Gong Xi Fa Chai) yang dibuka
Perdana Menteri Malaysia YAB Dato' Seri Abdullah
Haji Ahmad Badawi dan juga dihadiri PM Singapore
Goh Chok Tong, Wakil PM Singapore Lee hsien
Loong dan Madamme Ho Ching di kawasan wisata
Danga Bay yang berhadapan langsung dengan
Singapore pada Sabtu malam tanggal 24 Januari
2004, esok paginya kami check out dari hotel dan
menuju negara bagian Melaka melalui jalan tol yang
cukup mulus. Kami masih saja dipandu travel agent
yang disiapkan pihak Mega FAM sebagai
penyelenggara.
Minggu siang tanggal 25 Januari 2004 sekitar pukul
11.30 waktu setempat, akhirnya kami sampai di kota
tua dan bersejarah Melaka, setelah menempuh
perjalanan cukup melelahkan dari Johor Bahru.
Setelah makan siang di sebuah pusat perbelanjaan
yang berdekatan dengan pusat perubatan Mahkota
Medical centre yang sangat terkenal di kota tua itu,
kamipun dibawa pemandu menuju arah luar kota,
tepatnya di daerah Alor Gajah, yang berjarak sekitar
20 km dari pusat kota Melaka.
Disini, kami diinapkan di Famosa Resort Hotel yang
berdiri di atas tanah ratusan hektar, dimana di areal
ini cukup lengkap tempat untuk berwisata. Di lokasi
ini terdapat Cowboy Town yang sangat mirip
dengan kota koboi seperti terlihat di film koboi, juga
ada kawasan wisata tempat berbagai binatang
berkeliaran dengan bebas seperti di Taman Safari
Bogor, ada dunia fantasi model di Ancol, lapangan
golf dan sebagainya.
Oleh pemandu yang ditunjuk Mega FAM itu, kami
kembali diberi masing-masing satu kunci kamar
tidur kelas executive suite, seperti ketika berada di
Eden Garden Hotel di Johor Bahru. Begitu menerima
kunci kamar, aku langsung menuju lantai 3 dimana
kamar yang aku tempati berada, dan langsung
merebahkan diri di ranjang yang empuk tanpa
membuka pakaian dan bersih-bersih terlebih
dahulu.
Mungkin karena merasa capek setelah 3 hari
mengikuti kegiatan yang digelar Mega FAM di Johor
Bahru, aku tertidur dengan lelap, dan baru
terbangun ketika jam telah menunjukkan pukul
19.30 waktu setempat. Karena takut terlambat
makan malam yang disediakan pihak hotel di
restoran yang berjarak sekitar 200 meter dari
bangunan hotel tempat kami berada, aku buru-buru
mandi dan setelah itu langsung mengenakan celana
pendek dan bajo kaos dan bergegas menuju lift
untuk turun ke bawah.
Ketika pintu lift yang hendak menuju lantai dasar
terbuka, aku terpana melihat seorang cewek
bermata sipit memakai celana katun warna hitam
dan kaos warna-warni yang sedang berada di
dalamnya, juga menuju ke lantai dasar. Rasanya,
aku pernah berkenalan dengan cewek tersebut. Tapi
dimana? Aku coba mengerenyitkan kening untuk
berfikir.
"Hai, kamu yang dari Indonesia itukan? Kita pernah
kenalan waktu seminar di The Puteri Pan Pasific
Hotel di Johor Bahru dua hari lalu. Tapi saya lupa
nama kamu," tegur cewek itu dalam bahasa
Inggeris mengejutkanku.
Kini baru aku ingat, kalau tidak salah ingat namanya
Michiko, peserta dari Jepang yang sempat
berkenalan dengan aku ketika hendak mengambil
tanda peserta dan bahan-bahan seminar di The
Puteri Pan Pasific, Jum'at pagi dua hari lalu.
"Oh sorry, aku hampir lupa. Habis kamu jauh lebih
cantik malam ini dibanding ketika kenalan dulu.
Nama saya Sandy, nama kamu Michiko kan?"
ujarku sambil memujinya. Dan wajahnya kulihat
tiba-tiba bersemu merah mendengar pujianku.
"Kok sendiri saja, mana 4 temanmu yang lain?"
tanyaku.
"Mereka tadi pergi shopping ke Melaka. Mereka ada
mengajak saya, tapi saya nggak mau karena takut
mengganggu acara mereka yang berpasangan,"
ujarnya jujur.
"Ooo, jadi kamu sendirian donk. Sudah dinner?"
tanyaku.
"Belum, makanya saya sekarang mau dinner.
Sayang tempatnya jauh juga ya," katanya.
Aku hanya tersenyum, dan menawarkan diri untuk
bersama-sama dinner malam itu, dan dia
menganggukan kepalanya tanda setuju. Akupun
juga menceritakan tentang aku yang juga ditinggal
teman-teman grup yang telah pergi entah kemana
tanpa memberi tahu. Memang sejak awal aku lebih
suka berada di kamar dari pada jalan-jalan, karena
aku sudah sering datang ke Malaysia, termasuk
Johor Bahru dan Melaka.
Dalam percakapan sambil makan malam itu, aku
menawarkan kepada Michiko untuk mengunjungi
Cowboy Town yang berjarak hanya sekitar 400
meter dari resort hotel tempat kami menginap, dan
dia juga menyatakan setuju. Dengan berjalan kaki,
malam itu kami lalu menuju arena Cowboy Town.
Dan entah bagaimana awalnya, tak tahunya kami
sudah bergandengan tangan saja selama dalam
perjalanan menuju tempat itu.
Begitupun ketika kami menyaksikan pertunjukan
Indian di arena Cowboy Town itu, tiba-tiba saja aku
merasakan Michiko melingkarkan tangannya ke
lenganku, sehingga sempat kurasakan gundukan
daging kenyal didadanya bergeseran dengan lengan
kiriku. Puas menyaksikan pertunjukan Indian, kami
lalu mengitari seluruh areal Cowboy Town,
termasuk bertanding menembak yang disediakan
disana. Dan sebelum pulang, kami menyempatkan
diri berfoto ala koboi dengan gaya yang cukup
mesra.
Sekitar pukul 22.30, aku mengajak Michiko untuk
kembali ke hotel dengan tangan merangkul
pundaknya yang halus dan lembut itu. Selama di
perjalanan menuju hotel, ia berjanji akan
meneleponku begitu sampai di kamar nantinya.
Aku baru saja sedang menyusun-nyusun barang
belajaan yang aku beli di Melaka tadi, ketika tiba-tiba
telepon di dekat aku berada berdering.
"Hallo," sapaku dengan sopan.
"Ya, hallo. Ini Sandy ya..," ujar suara lembut dari
balik gagang telepon yang aku pegang.
"Iya, ini kamu Michiko? Ada apa..?" tebakku.
"San, teman-temanku belum ada yang kembali, dan
aku kesepian disini. Kamu mau datang ke kamarku
untuk bercerita-cerita," ujarnya lembut.
"Ok, tunggu sebentar ya. Lima menit lagi aku
datang," jawabku cepat.
Pucuk dicinta ulampun tiba. memang sudah dari
tadi aku menunggu kesempatan seperti ini. Akupun
mulai berfikir keras bagaimana bisa meniduri cewek
Jepang itu malam ini. Berfikir begitu, tanpa terasa "si
kecil" di selangkanganku tiba-tiba mengeras seperti
besi. Ya ampun, libidoku yang cukup tinggi ternyata
tak mampu meredam keinginan "si kecil" ini untuk
segera menyeruak masuk "goa" wanita yang
diincar-incarnya sejak sore tadi.
Seperti yang aku janjikan, tidak cukup lima menit
aku sudah berada di depan pintu kamar Michiko
yang letaknya hanya satu tingkat di atas kamarku.
Dengan mengenakan celana pendek hawai dan baju
kaos bertuliskan "Malaysia Tourism" dan bersiul-siul
kecil dan penuh percaya diri, aku tekan bell
kamarnya. Dan ketika pintu kamar itu terbuka, aku
sempat terpana menyaksikan Michiko yang
memakai baju tidur tipis dan trasparan berwarna
merah, sehingga aku dapat dengan jelas
menyaksikan kemolekan tubuhnya yang berukuran
36-27-38. Dan lagi, bisa aku pastikan bahwa dibalik
baju tidurnya yang tipis itu, dia tidak mengenakan
apa-apa..!
"Ayo masuk, kok justru mempelototin saya?"
tegurnya sambil menarik tanganku untuk masuk ke
kamarnya.
"Aku hanya kaget saja, kamu terlihat seperti bidadari
malam ini," aku mulai melancarkan rayuan
padanya.
"Ini adalah pujian kedua yang aku terima darimu
hari ini. Berapa aku harus membayar?" jawabnya
sambil tersenyum manis padaku.
"Sungguh, Michiko. Kamu begitu cantiknya aku lihat
malam ini," kataku sambil menghenyakkan pantatku
di ranjangnya yang besar dan empuk itu.
"Ah, kamu," ujarnya sambil memukul bahuku.
Reflek aku menangkap tangannya yang mungil dan
halus itu, dan ia terduduk disampingku dengan
posisi yang sangat rapat sekali. Kami lalu saling
bertatapan. Lalu aku beranikan diri mengelus
rambutnya yang lurus hingga punggung, dan coba
menarik kepalanya pelan-pelan ke arahku, sehingga
wajah kami jadi sangat dekat dan kami sama-sama
dapat merasakan hembusan nafas masing-masing.
Ia tampak menundukkan kepalanya, dan kemudian
aku angkat dagunya dengan tangan kiriku. Kulihat
bibirnya basah merekah. Kesempatan itu aku artikan
bahwa ia sudah pasrah dan ingin bibirnya yang
halus dan merah merekah itu segera aku lumat
dengan bibir tebalku.
"Ah, Sandy..," ia mendesah
Aku jadi semakin nekad dan berani. Ciumanku terus
merambat ke daun telinganya dan terus ke belakang
menuju tengkuknya. Aku lihat ia menggelinjang
kegelian, dan aktivitas terus aku lanjutkan kembali ke
bibirnya, sambil tanganku meremas dengan lembut
payudaranya yang montok itu.
"San, terus.., jangan hentikan," rintihnya sambil
mengarahkan tangannya menuju selangkanganku
yang sudah mengeras sejak pertama datang tadi.
Dengan tidak menghentikan ciuman mautku di
bibirnya yang tipis itu, aku coba membuka satu
persatu kancil baju tidurnya. Ia ikut membantu
ketika aku kesulitan untuk membuka kancing baju
tidurnya yang dibagian bawah. Begitu baju tidurnya
terlepas, terlihatlah dengan jelas tubuhnya yang
aduhai dan sangat menggiurkan itu.
"Sandy, jangan biarkan aku menderita menerima
tatapan matamu. Fuck me, Sandy..," ujarnya.
Akupun langsung mencopot satu-persatu pakaian
yang aku pakai, sehingga akupun ikut polos tanpa
sehelai benang di tubuhnya. Aku lihat Michiko
terkejut melihat "si kecil" punyaku yang cukup besar
dan berdiri dengan gagahnya.
"Oh, besar sekali," katanya sambil mengelus "si
kecil".
Aku lalu menariknya ke atas tempat tidur dengan
membuat posisi "69". Aku di bawah dan Michiko di
atas, sehingga membuat dia maupun aku jadi
bebas mempermainkan alat vital lawan kami.
Dengan pengalaman seks aku yang sudah
lumayan, aku permainkan clitoris di vagina Michiko
yang berbulu halus dan hitam itu, sehingga
membuat dia merintih merasakan nikmat yang luar
biasa, sementara Michiko sendiri juga sibuk
mengulum "si kecil" dengan rakusnya.
Cukup lama permainan saling jilat dan isap pada alat
vital masing-masing lawan kami, sehingga akhirnya
kurasakan tubuh Michiko mengejang dan pahanya
terangkat ke atas.
"Oh, Sandy. Aku mau.. keluar..," rintihnya dengan
nada lemah.
Aku semakin bergairah mempermainkan lubang
vagina Michiko dengan lidahku yang kata cewek-
cewek yang pernah aku tiduri cukup panas itu. Dan
tiba-tiba kurasakan lahar panas menyembur dari
lubang vagina Michiko, yang menandakan ia telah
mendapatkan orgasmenya yang pertama dari
permainan yang aku suguhkan. Sejenak, aku
hentikan aktivitas jilat-menjilat di vaginanya, sambil
menunggu ia tenang kembali.
Setelah aku lihat ia mulai tenang dan kembali
bertenaga, aku lalu merubah posisi dan
menelentangkan tubuhnya di atas kasur yang
empuk itu. Dengan lembut aku isap puting susunya
yang berwarna coklat kemerah-merahan itu,
sehingga membuatnya mulai mengerang
merasakan nikmat permainan lidahku.
"Oh, Sandy, kamu benar-benar hebat menaikkan
gairahku," katanya.
Aku tak mempedulikan kata-katanya, dan terus
berkosentrasi untuk membangkitkan kembali nafsu
birahinya. jilatan lidahku terus merambah ke
belakang telinganya sehingga membuat ia
tergelinyang kegelian. Tiba-tiba aku merasakan
tangan kiri Michiko menggapai-gapai mencari "si
kecil". setelah didapat yang dicari, ujung rudalku lalu
ditempelkannya di lubang vagina miliknya yang
sudah mulai basah kembali.
"Ayo, Sandy. Aku sudah tidak tahan lagi. Ayo, tekan
pinggulmu," ujarnya seraya menekan pinggulku
agar "si kecil" menembus lubang vagina miliknya.
Setelah aku merasa kepala "si kecil" tepat berada di
lubang vaginanya, perlahan-lahan aku tekan
pinggulku sehingga dapat kurasakan "si kecil"
melesak ke dalam lubang vagina Michiko yang
terasa cukup hangat itu.
"Ah, terus Sandy..," rengeknya sambil mencium
bibirku dengan ganasnya.
Secara perlahan-lahan aku terus menekan ujung
rudalku ke dalam lubang vaginanya, sambil
menggoyang-goyangkan pinggulku untuk
membuka lebih lebar lubang vaginanya yang
sempit itu. Dan ketika kurasakan ujung rudalku
menyentuh dasar di kemaluannya, Michiko
melenguh dan mengeluarkan jerit tertahan.
"Ough.., terus Sandy. enaak..!" serunya sambil ikut
menggoyang pinggulnya dengan kecang.
Akibat goyangannya itu, aku merasakan rudalku
seperti dipilin-pilin dan disedot dengan keras.
Namun aku justru merasakan nikmat yang amat
sangat, dan ingin memperkencang tempo
permainan. Aku lihat, Michiko juga kembali akan
mencapai orgasmenya yang kedua dengan wajah
berpeluh, meskipun AC di ruangan kamar itu disetel
pada posisi 16 derajat celcius.
"Ah, aku mau keluar lagi Sandy..," erangnya
tertahan.
"Tunggu sayang, kita keluar bareng ya. Aku juga
sudah mau sampai nih," ujarku.
"Oh, aku sudah tidak tahan lagi nih.." raraunya.
"Iya, aku juga. Dikeluarkan dimana, sayang..?"
tanyaku.
"Di dalam saja, biar aku bisa menikmati permainan
ini dengan sepenuhnya," ujarnya lagi.
Akhirnya kami berdua sudah sama-sama tidak bisa
menahannya lagi, apalagi aku rasakan di pangkal
rudalku ada yang ingin melesat keluar. Dan tanpa
dapat ditahan lagi, akhirnya aku dan Michiko sama-
sama memuntahkan lahar panas dari alat vital kami
masing-masing. Michiko merasakan lahar panas
dari rudalku menghantam dinding vaginanya
hingga ke dasar, sementara aku juga merasakan
ada cairan panas menyelimuti rudalku.
Setelah itu, kami berdua sama-sama tergolek di
ranjangnya yang cukup lebar itu. Dengan sedikit
malas, aku menarik tangan Michiko untuk
mengajaknya ke kamar mandi membersihkan
badan.
Namun pada saat kami sama-sama berada di
bawah siraman shower dan saling memandikan,
tiba-tiba rudalku kembali berdiri. Dengan posisi
berdiri saling berhadapan, aku angkat kaki kiri
Michiko dengan menyandarkannya ke dinding,
sambil mengarahkan rudalku menuju liang
vaginanya. Michiko ikut membantu, sehingga
seluruh batang kemaluanku amblas masuk ke liang
vaginanya yang telah memerah itu. Bless..!
Aku kembali mengambil insiatif menyerang dengan
tetap mempertahankan sebelah kaki kirinya tetap
berada di paha kananku. Dan permainan yang
melelahkan itu kembali membuat Michiko
mendapatkan orgasmenya yang ketiga, namun aku
masih memerlukan waktu untuk mencapai puncak.
Karena kaki kananku merasa letih menopang kaki
kiri Michiko, akhirnya aku merobah posisi dan minta
dia menungging membelakangiku. Dengan posisi
doggy style ini, kembali aku mengocok vagina
Michiko dengan rudalku dari belakang dan Michiko
juga tak mau kalah dengan ikut-ikutan menggoyang
pinggulnya, hingga akhirnya kami sama-sama
menyemburkan lahar panas dari alat vital kami
masing-masing.
"Oh, Sandy. Aku benar-benar puas bercinta
denganku malam ini," ujarnya ketika kami sudah
kembali ke ranjangnya.
"Aku juga, Michiko. Terima kasih ya, telah membuat
aku puas malam ini dengan kenangan tersendiri,"
jawabku sambil mengecup lembut bibirnya.
Aku melihat jam telah menunjukkan pukul 01.30,
berarti kami telah bergumul lebih dari dua setengah
jam dalam tiga ronde, dimana Michiko berhasil
mendapatkan orgasme hingga empat kali,
sementara aku mendapatkannya dua kali. Skor
sementara 4-2 untuk kemenanganku.
"Sayang, aku harus kembali ke kamarku, karena aku
tidak ingin ada diantara teman-temanmu
mengetahui apa yang telah kita lakukan tadi," ujarku
pada Michiko.
"Aku sebenarnya tidak ingin berpisah denganmu
Sandy, aku ingin selalu disampingmu," harapnya.
"Kita masih punya banyak kesempatan sayang.
bukankah kamu punya rencana untuk berlibur ke
Indonesia? Kamu bisa menelpon aku ketika hendak
berangkat menuju Indonesia. Aku pasti akan selalu
mendampingimu," hiburku.
Akhirnya kami berpisah malam itu, dan aku kembali
ke kamarku karena esok pagi grup kami akan
mengunjungi Putrajaya di Selangor, tempat PM
Malaysia berkantor, dan untuk seterusnya ke Kuala
Lumpur mengunjungi beberapa tempat wisata
yang ada di negaranya Abdullah Badawi itu.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1480
U-ON

inc Powered by Xtgem.com